Halaqoh Online,
nafsiyah
7:03 PM
Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah,
segala puji bagi Allah atas segala limpahan nikmat-nikmat-Nya. Shalawat
dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Bagi
orang yang umurnya banyak (tua) hendaknya memperbanyak amal shalih. Hal
ini karena satu hukum alam yang sudah Allah tetapkan, orang tua lebih
dekat kepada kematian daripada anak muda, karena tua adalah puncak dari
umur manusia. Orang muda masih ada harapan tua, tapi orang tua tak akan
lagi menjadi muda apalagi remaja.
Namun
demikian, bukan berarti anak-anak muda boleh berleha-leha karena
kematiannya masih lama. Sebab manusia, tua atau muda, tak tahu kapan
akan meninggal dunia. Terkadang ada orang yang meninggal saat dia masih
muda, terkadang diakhirkan sampai usia tua. Karenanya anak mudapun kudu memperbanyak amal shalih sebagai bekal menghadapi kematian.
Kematian Datang Tanpa Diundang
Sesungguhnya
kematian merupakan misteri bagi manusia. Tak seorangpun yang tahu kapan
datangnya. Namun satu kepastian bahwa ajal (waktu kematian) seseorang
sudah tercatat jauh hari di Lauhul Mahfudz sebelum manusia diciptakan.
Dan ketika seseorang sudah tiba ajalnya, maka tidak bisa diajukan barang
sesaat ataupun diundurkan. Allah Ta’ala berfirman,
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
"Tiap-tiap
umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka
tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula)
memajukannya." (QS. Al A'raf: 34)
Setelah
kematian maka kesempatan beramal telah habis. Manusia akan mendapatkan
balasan dari amal-amal perbuatannya di alam kubur, berupa nikmat atau
adzab kubur. Dan ketika sudah terjadi kiamat, dia akan dibangkitkan dan
mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya di hadapan Allah.
"Maka
barang siapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."(QS.Al-A’raf:35)
Sedangkan orang yang kafir dan ingkar terhadap kebenaran Islam, “Dan
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri
terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.”(QS.Al-A’raf:36)
Kematian Mendadak Semakin Marak di Akhir Zaman
Kasus Meninggal mendadak seperti yang menimpa Agus Heru Purnomo di atas semakin sering kita dengar. Bahkan beberapapublic figure seperti
Adjie Massaid, Basukin dan lainnya telah mengalaminya. Dan di akhir
zaman, jumlahnya semakin banyak sebagimana yang diungkapkan oleh Yusuf
bin Abdullah bin Yusuf al Wabil dalam kitabnya Asyratus Sa'ah. Beliau
menyebutkan, kematian yang datang tiba-tiba atau mendadak merupakan
salah satu dari tanda dekatnya kiamat. Hal ini didasarkan pada beberapa
kabar hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, salah satunya hadits marfu' dari Anas bin MalikRadhiyallahu 'Anhu,
إِنَّ مِنْ أَمَارَاتِ السَّاعَةِ . . . أَنْ يَظْهَرَ مَوْتُ الْفُجْأَةِ
"Sesungguhnya di antara tanda-tanda dekatnya hari kiamat adalah . . . akan banyak kematian mendadak." (HR. Thabrani dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Jami' al-Shaghir no. 5899)
Fenomena
ini sudah sering kita saksikan pada masa sekarang ini. Orang yang
sebelumnya sehat bugar, tiba-tiba ia mati mendadak. Hal ini dibenarkan
oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) berdasarkan sebuah penelitian, setiap
tahunnya banyak orang meninggal karena stroke dan serangan jantung,
bahkan disebutkan kalau penyakit jantung menempati urutan pertama yang
banyak menyebabkan kematian pada saat ini.
Dalam
hadits ini terdapat mukjizat ilmiah yang kita benarkan melalui kajian
kedokteran yang harus diakui. Mukjizat ini membuktikan bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah
utusan Allah yang tidak berbicara berdasar hawa nafsunya, tapi yang
beliau sampaikan adalah wahyu dari Allah yang diturunkan kepada beliau.
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى
"Dan
tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa
nafsunya.Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya)." (QS. Al-Najm: 3-4)
Rasanya orang yang hidup pada zaman Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tak pernah membayangkan fenomena merebaknya kematian mendadak, kecuali berdasarkan wahyu ilahi yang menyingkap fenomena ini.
Maksud Kematian Mendadak
Banyak
sebab kematian, tapi kematian itu tetap satu. Hal ini menunjukkan bahwa
kematian memiliki sebab, seperti sakit, kecelakaan, atau bunuh diri dan
semisalnya. Sedangkan kematian yang tanpa didahului sebab itulah maksud
kematian yang mendadak yang belum bisa diprediksi sebelumnya. Seiring
majunya ilmu kedokteran, manusia bisa menyingkap tentang sebab kematian
seperti kanker, endemik, atau penyakit menular. Penyakit-penyakit ini
mengisyaratkan dekatnya kematian, tetapi sebab yang utama adalah
mandeknya jantung secara tiba-tiba yang datang tanpa memberi peringatan.
Para
ulama mendefinisikan kematian mendadak sebagai kematian tak terduga
yang terjadi dalam waktu yang singkat dan salah satu kasusnya adalah
seperti yang dialami orang yang terkena serangan jantung.
Imam al-Bukhari dalam shahihnya membuat sebuah bab,
بَاب مَوْتِ الْفَجْأَةِ الْبَغْتَةِ
"Bab kematian yang datang tiba-tiba". Kemudian beliau menyebutkan hadits Sa'ad bin 'Ubadah Radliyallah 'Anhu, beliau berkata kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
"Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia secara mendadak dan aku yakin
seandainya ia berbicara sebelum itu, pastilah dia ingin bersedekah.
Maka dari itu, apakah dia akan mendapat pahala apabila jika aku
bersedekah untuknya?" Beliaupun menjawab, "Ya". (Muttafaq 'alaih)
. . . kematian mendadak sebagai kematian tak terduga yang terjadi dalam waktu yang singkat dan salah satu kasusnya adalah seperti yang dialami orang yang terkena serangan jantung. . .
Kematian Mendadak Dalam Pandangan Ulama
Sebagian
ulama salaf tidak menyukai kematian yang datang secara mendadak, karena
dikhawatirkan tidak memberi kesempatan seseorang untuk meninggalkan
wasiat dan mempersiapkan diri untuk bertaubat dan melakukan amal-amal
shalih lainnya. Ketidaksukaan terhadap kematian mendadak ini dinukil
Imam Ahmad dan sebagian ulama madzhab Syafi'i.
Sementara Imam al-Nawawi menukil bahwa sejumlah sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan
orang-orang shalih meninggal secara mendadak. An-Nawawi mengatakan,
"Kematian mendadak itu disukai oleh para muqarrabin (orang yang
senantiasa menjaga amal kebaikan karena merasa diawasi oleh Allah)."
(Lihat (Fathul Baari: III/245)
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata, "Dengan demikian, kedua pendapat itu dapat disatukan." (Fathul Baari: III/255)
Terdapat keterangan yang menguatkan bahwa kematian mendadak bagi seorang mukmin tidak layak dicela. Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'Anhu,
dia berkata, "Kematian mendadak merupakan keringanan bagi seorang
mukmin dan kemurkaan atas orang-orang kafir." Ini adalah lafadz Abdul
Razaq dan al-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir, sedangkan lafadz Ibnu
Abi Syaibah, "Kematian mendadak merupakan istirahat (ketenangan) bagi
seorang mukmin dan kemurkaan atas orang kafir." (HR. Abdul Razaq dalam
al Mushannaf no. 6776, al-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir no. no.
8865)
Dari Aisyah Radliyallah 'Anha, berkata, "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengenai kematian yang datang tiba-tiba. Lalu beliau menjawab,
رَاحَةٌ لِلْمُؤْمِنِ وَأَخْذَةُ أَسَفٍ لِفَاجِرٍ
"Itu merupakan kenikmatan bagi seorang mukmin dan merupakan bencana bagi orang-orang jahat."
(HR. Ahmad dalam al-Musnad no. 25042, al-Baihaqi dalam Syu'ab al-Iman
no. 10218. Syaikh al Albani mendhaifkannya dalam Dha'if al Jami' no.
5896)
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud dan Aisyah Radliyallah 'Anhuma,
keduanya berkata, "Kematian yang datang mendadak merupakan bentuk kasih
sayang bagi orang mukmin dan kemurkaan bagi orang zalim." (HR. Ibnu Abi
Syaibah dalam al Mushannaf III/370, dan al-Baihaqi dalam al-Sunan al
Kubra III/379 secara mauquf).
Alangkah
indahnya hadits yang dijadikan sebagai penguat oleh Imam al-Baihaqi
dalam al Sunan al-Kubra pada kitab "Al-Janaiz" Bab, "Fi Mautil Faj'ah",
dari hadits Abu Qatadah, RasulullahShallallahu 'Alaihi Wasallam pernah
dilalui iring-iringan jenazah. Beliau lalu bersabda, "Yang istirahat
dan yang diistirahatkan darinya." Para sahabat bertanya, "Wahai
Rasulullah, apa maksud yang istirahat dan yang diistirahatkan darinya?"
Beliau menjawab,
الْعَبْدُ
الْمُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَأَذَاهَا إِلَى
رَحْمَةِ اللَّهِ ، وَالْعَبْدُ الْفَاجِرُ يَسْتَرِيحُ مِنْهُ الْعِبَادُ
وَالْبِلاَدُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ
"Seorang
hamba yang mukmin beristirahat dari keletihan dunia dan kesusahannya,
kembali kepada rahmat Allah. Sedangkan hamba yang jahat, para hamba,
negeri, pohon dan binatang beristirahat (merasa aman dan tenang)
darinya." (HR. Muslim no. 950, Ahmad no. 21531)
Kematian
mendadak yang dialami seorang mukmin adalah kebaikan baginya. Dia
terbebas dari hiruk pikuk dunia yang menjemukan dan terbebas dari
fitnah-fitnahnya. Sedangkan Kematian mendadak yang dialami seorang fajir
merupakan kabar gembira bagi hamba Allah, mereka akan terbebas dari
gangguannya. Di antara gangguannya adalah kezalimannya terhadap mereka,
kesenangannya melakukan kemungkaran dan jika diingatkan malah menantang
dan itu menyulitkan mereka. Jika diingatkan malah menyakiti dan bila
didiamkan mereka menjadi berdosa. Sedangkan istirahatnya binatang adalah
dikarenakan sang fajir tadi selalu menyakiti dan menyiksanya serta
membebani di luar kemampuannya, tidak memberinya makan dan yang lainnya.
Sedangkan istirahatnya negeri dan pepohonan adalah karena perbuatan
jahat sang fajir hujan tidak turun, dia mengeruk kekayaannya dan tidak
mengairinya.
Menyikapi Kematian Mendadak
Bagi
orang yang berakal sehat tentu akan mengambil pelajaran dari fenomena
yang ia saksikan. Terlebih fenomena tersebut telah disampaikan oleh
orang yang terpercaya, RasulullahShallallahu 'Alaihi Wasallam. Ia akan bersegera kembali kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya, sebelum kematian itu menjemputnya.
Imam al-Bukahri pernah berkata,
Peliharalah waktu ruku'mu ketika senggang . . . Sebab, boleh jadi kematian akan datang secara tiba-tibaBetapa banyaknya orang yang sehat dan segar bugar . . . Lantas meninggal dunia dengan tiba-tiba
Dan
setelah memahami adanya kematian yang mendadak, dan semakin sering
terjadi pada akhir zaman (termasuk zaman kita ini), hendaknya kita
mempersiapkan diri. Sesungguhnya kematian akan tetap datang. Tidak ada
kekuatan di dunia yang bisa melawan ketetapan Ilahi ini. Dan setelah
kematian, setiap orang akan mendapat balasan dari amal yang telah
dikerjakannya di dunia.
Syaikh bin Bazz rahimahullah pernah berpesan, "Sudah semestinya kita mempersiapkan diri, bahkan karena inilah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam memohon dalam doanya:
للَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ
"Ya
Allah, Aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya nikmat-Mu, berubahnya
kesejahteraan dari-Mu, dan siksa-Mu yang datang tiba-tiba serta dari
semua murka-Mu." (HR. Muslim no. 2739)
Seorang
yang mulia mengatakan, "Banyak di antara kawanku yang telah melepaskan
nyawanya saat memperturutkan syahwatnya, menjadi tawanan kenikmatan,
lalai mengingat maut dan hisab. Setelah Allah memberi petunjuk kepadaku
untuk mentaati-Nya, aku segera menemui sahabatku untuk menasehatinya.
Mengajaknya kepada ketaatan dan memperingatkannya dari kemaksiatan.
Tetapi, dia hanya beralasan dengan keadaannya yang masih muda. Dia telah
tertipu oleh panjang angan-angan. Maka, demi Allah, kematian telah
mendatanginya secara mendadak, sehingga hari ini dia telah berada di
dalam tanah, terkubur.
. . . Tetapi, dia hanya beralasan dengan keadaannya yang masih muda. Dia telah tertipu oleh panjang angan-angan. Maka, demi Allah, kematian telah mendatanginya secara mendadak, sehingga hari ini dia telah berada di dalam tanah, terkubur. . .
Dia
telah terbelenggu dengan keburukan-keburukan yang telah dilakukannya.
Kenikmatan telah hilang darinya. Penyanyi-penyanyi wanita telah
meninggalkannya. Tinggallah berbagai tanggung jawab pada lehernya. Dia
telah menghadap kepada Al-Jabbar (Allah Yang Maha Perkasa) dengan
amalan-amalan orang yang fasik dan durhaka. Semoga Allah melindungiku
dan Anda dari catatan amal, seperti catatan amalnya, dan dari akhir
kehidupan, seperti akhir kehidupannya. Maka bertakwalah kepada Allah, Ya
'Ibadallah! Janganlah engkau menjadi seperti dia, sedangkan engkau tahu
bahwa dunia ini telah berjalan ke belakang, dan akhirat berjalan
mendatangi. Ingatlah saat kematian dan perpindahan. Dan (ingatlah) yang
akan tergambarkan di hadapanmu, berupa banyaknya keburukan dan
sedikitnya kebaikan. Maka, apa yang ingin engkau amalkan pada saat itu,
segeralah amalkan sejak hari ini. Dan apa yang ingin engkau tinggalkan
saat itu, maka tinggalkanlah sejak sekarang.
. . . Semoga Allah melindungiku dan Anda dari catatan amal, seperti
catatan amalnya, dan dari akhir kehidupan, seperti akhir kehidupannya.
Maka bertakwalah kepada Allah, Ya 'Ibaadallah!
Maka
seandainya kita telah mati, kita dibiarkan. Sesungguhnya kematian itu
merupakan kenyamanan bagi seluruh yang hidup. Tetapi jika kita telah
mati, kita pasti dibangkitkan. Dan setelah itu, kita akan ditanya
tentang segala sesuatu." (Kitab Ahwalul Qiyamah, hal. 4-5. Secara
ringkas dinukil dari Mukhtasar Ahkamul Janaiz, karya Syaikh Ali bin
Hasan Al-Halabi) [PurWD/voa-islam.com]
0 komentar:
Posting Komentar