Taubat adalah sebuah kata yang sangat sederhana, akan tetapi
tindakan ke arahnya bukanlah pekerjaan yang mudah. Banyak orang yang
menginginkan segera mengakhiri segala tindak dosanya, akan tetapi
akibat balutan nodanya demikian pekat, selalu saja mengalami kegagalan
untuk bertaubat. Hanya mereka yang punya tekad kuat dan yang dapat
petunjuk dari Allah yang segera melangkahkan kaki menuju taubat.
Setiap
manusia, pada dasarnya tidak akan terlepas dari perbuatan dosa.
Sayangnya terkadang –di antara tumpukan dosa itu—seseorang merasa bahwa
semuanya sudah terlambat untuk dibersihkan atau dihilangkan.
Perasaan
seperti ini jelas keliru. Hal itu termasuk Al Khabair, yakni satu di
antara puluhan dosa besar, yakni berputus asa dari rahmat Allah SWT.
Jangan
sampai hal seperti ini dibiarkan terus.Syetan akan memanfaatkan
kondisi setengah putus asa hingga bener-benar putus asa seperti ini,
untuk terus mendorong kita semakin terjerumus dalam bujuk rayunya.
Allah SWt berfirman,” …dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan; karena sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS.Al Baqarah: 168). Lebih lanjut Allah menjelaskan:
“Barangsiapa yang mengikuti langkah-lanngkah syetan, maka sesungguhnya
syetan itu menyuruh mengerjakan yang keji dan yang munkar.” (QS.24: 21)
Sebagai akibat dari sikap mengikuti syetan ini, kemudian melahirkan sikap lain, yaitu: “ semuanya sudah terlanjur atau nasi sudah menjadi bubur”
dan perasaan lain seolah semua dosanya itu tidak akan ada lagi ampunan.
Orang yang membiarkan dirinya ada dalam suasana seperti ini akan terus
tercampakkan dalam perbuatan dosa dan kemaksiatan yang semakin jauh
dan dalam. Tentu sikap seperti ini berakibat fatal bagi individu yang
bersangkutan.
Dengan disyari’atkannya prinsip taubat,
maka dapat dijelaskan bahwa syariat taubat merupakan bentuk rahmat
Allah yang tak terhingga untuk ummat manusia. Al-Qur’an menjelaskan
keutamaan taubat ini. Agar jiwa manusia kembali kepada jalan kesucian.
Dengan
sadar dirinya sedang berburu dengan waktu dan usia, maka orang yang
bertaubat secara benar dan sadar (taubatan nashuha), akan mengisi
hidupnya dari kebaikan ke kebaikan. Ketika jalan itu sudah dipilih
kemudian tergelincir (kembali) dalam perbuatan dosa, maka dia juga
segera kembali jalan Allah.
Karenanya, tak ada alasan lagi
untuk kembali ke hadapan Nya dengan penuh permohonan ampun. Sebab,
ampunan Allah maha luas, tak peduli seberapa besar dan beratnya dosa
yang dimiliki manusia.
Ibaratnya, jika seseorang telah melakukan kemaksiatan seluas lautan, maka ampunan Allah melebih luas langit dan bumi.
“Dan
bersegeralah menuju ampunan Tuhanmu dan Surga yang luasnya seluas
langit danbumi, disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa.” (Ali
Imran:133)
Padahal, memulai kebaikan
tidak perlu menunggu waktu dan tidak perlu menunggu orang banyak.
Cukup mulailah dari hati dan niatkan. Jika masih malu dilihat orang,
bersembunyilah untuk melakukan kebaikan sampai suatu saat siap
waktunya. Sebab, tanpa memulai rasanya mustahil. Seharusnya, para
pelaku kebaikan memegang prinstip, “Kalau bisa dimulai saat ini, kenapa
harus menunggu sampai nanti?. Sebab, belum tentu esok hari umur kita
masih ada.”
Rasulullah sangat berhati-hati dalam masalah
ini. Beliau mengingatkan arti penting memanfaatkan waktu yang dimiliki
tiap manusia, bahkan di saat manusia menginjak usia belia.
Dalam haditsnya, Rasulullah mengatakan, “Wahai
remaja, peliharalah (perintah) Allah, niscaya Allah akan menjaga kamu,
peliharalah (hukum-hukam) Allah niscaya Allah akan bersama kamu, jika
kamu memohon sesuatu maka mohonlah kepada Allah”. [Hadis Hasan Sahih riwayat Imam Tarmizi]
Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
Manfaatkan
lima perkara sebelum lima perkara : [1] Waktu mudamu sebelum datang
waktu tuamu, [2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, [3] Masa
kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, [4] Masa luangmu sebelum datang
masa sibukmu, [5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al
Hakim dalam Al Mustadroknya, dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At
Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Hadits ini dikatakan shohih
oleh Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shogir)
Rasulullah juga bersabda,
“ Sekali-kali tidak akan beranjak kedua kaki seorang hamba (manusia)
pada Hari Kiamat nanti sehingga kepadanya ditanya tentang empat
perkara: Pertama, kemana umurnya dia habiskan. Kedua, ke mana masa
mudanya dia pergunakan. Ketiga, ke mana harta-bendanya ia belanjakan.
Keempat, ke mana ilmunya diamalkan.” [al-hadits]
Home »
Sifat-sifat Muslim
» TAUBAT KEMBALI KEPADA ALLAH
TAUBAT KEMBALI KEPADA ALLAH
Written By radjie ahmad on Kamis, 03 November 2011 | 19.52
Label: foto
Sifat-sifat Muslim
0 komentar:
Posting Komentar