Marilah
kita sering-sering merenung mengingat Allah SWT. Mari sesering mungkin
bawa hati ini untuk berwisata kepada jalan Allah SWT.
Sebenarnya apa penyebab iman
ini lemah, karena kita terbiasa dengan segala yang sifatnya keduniaan,
segala sesuatunya diukur dengan materi sebagai jawaban. Dengan keadaan
yang demikian, kita seakan sudah lupa dengan Allah. Bahkan banyak juga
yang menjauhkan diri dari Allah.
Pernahkah
Allah meninggalkan kita? Coba renungkan. Sekiranya Allah meninggalkan
kita, tidak mau mengurusi makhluk-Nya, niscaya tidak ada lagi kehidupan.
Lihat,
jantung yang berdetak ini, bukti di mana kita tidak ada kuasa sama
sekali untuk mengontrolnya. Kita tidur ia tetap berdetak. Kita
beraktivitas pun, selalu si jantung di dalam badan kita ini terus
berdetak. Begitu pula napas, segalanya serba
otomatis, semuanya Allah yang mengendalikan semua penggerak kehidupan
hingga sampai waktunya. Bukti ini sudah cukup jika kita coba renungkan
dalam-dalam, bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita.
Kita
yang harus ingat kepada Allah, kejar ampunan-Nya, kejar ridha-Nya.
Allah senang kita sholat pada waktunya, lakukan. Allah senang kita
menangis dalam sujud, lakukan. Allah senang kita berbakti sama orang
tua, kerjakan. Jalan-jalan mendekat itu ada, tidak mungkin Allah itu
menjauh, kita-nya lah yang jauh dengan-Nya, kelalaian dalam
mengingatNya, dosa-dosa yang dibiarkan ditumpuk, kadang kala sholat tapi
hati tidak diikutkan karena sholatnya cuma sebatas gerakan, tidak ada
perasaan bahwa dirinya sedang berhadapan dengan siapa.
Penyebab
hati ini lemah adalah kelalaian, dosa-dosa hingga hati ini berkarat,
susah betul ibadah, bawaannya malas. Karena yang jadi ukuran cuma dunia,
hatinya digantungkan ke kantor, digantungkan ke bisnis, digantungkan ke
orang. Itu semua sering kali dikejar sampai menyepelekan
kewajiban-kewajiban, ibadah, Allah di hatinya ditempatkan ke nomor
sekian. Padahal, semua kehidupan ini Allah yang punya, orang tua kita
pun Allah yang ciptakan, semua rasa kasih sayang pun itu juga datangnya
dari Allah, jadi sewajarnyalah kalau kita harusnya menomorsatukan Allah
di atas segala-galanya.
Kadang
kita sering beranggapan mengenai tingginya nilai seseorang yang tahu
terima kasih, seorang yang berjasa besar pada kita akan kita balas
budinya, kita hormat, kita turuti keinginan orang itu, karena kita ingin
balas budi. Nah, sekarang bagaimana sikap kita sendiri sama Allah,
Pencipta kehidupan manusia, kita, keluarga? Marilah kita banyak-banyak
merenung, agar kita bisa menjadi hamba Allah yang pandai bersyukur.
Dimana bersyukur kepada Allah itulah, yang dijadikan alasan dari niat
Rasulullah SAW sampai bengkak kakinya karena sholat tahajud yang terlalu
lama berdiri, padahal beliau dijamin masuk surga.
Di
kehidupan, Allah sudah demikian baiknya sama kita, jadi tidak mungkin
Allah itu membuat hambaNya sengsara, ujian kehidupan justru diberi,
karena Allah sayang sama hambaNya, agar dia kembali, dosa-dosanya
terhapus, biar banyak mengharap kepadaNya. Luar biasa, Allah suka sekali
jika diminta, semakin banyak kita berdo'a, Allah makin senang. Ujian
hidup seringkali menjadi jalan agar seorang hamba bisa kembali,
bertobat, dan memperbanyak ketaatan dalam beribadah, serta menempatkan
Allah sebaik-baiknya penolong, dan sebaik-baiknya pelindung, karena ia
tahu bahwa Allah-lah yang terbaik dari siapapun.
0 komentar:
Posting Komentar