Kata syukur sepadan dengan kata al-hamdu walaupun kata syukur lebih
dekat pada pengucapan rasa terimakasih terhadap nikmat yang telah Allah
swt. anugrahkan kepada seseorang, sementara kata al-hamdu merupakan
ungkapan rasa terimakasih dalam bentuk umum.
Para ulama
mendefinisikan Syukur sebagai ungkapan aplikatif dengan menggunakan
segala apa yang dianugrahkan Allah swt sesuai dengan tujuan penciptaan
anugrah itu. Karena itu syukur terbagai pada tiga bagian; syukur
i’tiqodi (bersyukur dalam bentuk keyakinan), syukur qauli (bersyukur
dalam bentuk ucapan) dan syukur ‘amali (bersyukur dalam bentuk perbuatan
dan prilaku). Jadi untuk mensyukuri suatu nikmat secara sempurna,
seseorang harus mengetahui terlebih dahulu untuk apa nikmat tersebut
diciptakan dan dianugrahkan Allah swt. Misalnya, untuk apa mata,
telinga, akal dan alam ini diciptakan Allah swt. Jika telah ditemukan
jawabannya, maka gunakanlah nikmat itu sesuai dengan tujuan dimaksud.
Kalau
kita telusuri ayat-ayat Al-Quran maka kita akan jumpai banyak
ayat-ayatnya yang berkenaan tentang syukur; baik dalam bentuk kata kerja
masa lampau, kata kerja masa kini dan akan datang dan kata kerja
perintah, atau dalam bentuk masdar dan dalam bentuk isim fa’il. Kesemua
bentuk tersebut memiliki tujuan tertentu, dan memberikan pelajaran
kepada umat manusia bahwa apapun bentuknya dan bagaimanapun keadaanya
manusia harus tetap bersyukur kepada Allah.
Kenapa demikian..??
Karena
setiap orang sangat memerlukan Allah swt dalam setiap gerak
kehidupannya. Dari udara untuk bernafas hingga makanan yang ia makan,
dari kemampuannya untuk menggunakan tangannya hingga kemampuan
berbicara, dari perasaan aman hingga perasaan bahagia, seseorang
benar-benar sangat memerlukan apa yang telah diciptakan oleh Allah swt
dan apa yang dikaruniakan kepadanya. Akan tetapi kebanyakan orang tidak
menyadari kelemahan mereka dan tidak menyadari bahwa mereka sangat
memerlukan Allah swt. Mereka menganggap bahwa segala sesuatu terjadi
dengan sendirinya atau mereka menganggap bahwa segala sesuatu yang
mereka peroleh adalah karena hasil jerih payah mereka sendiri.
Anggapan
ini merupakan kesalahan yang sangat fatal dan benar-benar tidak
mensyukuri nikmat Allah swt. Anehnya, orang-orang yang telah menyatakan
rasa terima kasihnya kepada seseorang karena telah memberi sesuatu yang
remeh kepadanya, mereka menghabiskan hidupnya dengan mengabaikan nikmat
Allah swt yang tidak terhitung banyaknya di sepanjang hidupnya.
Bagaimanapun, nikmat yang diberikan Allah swt kepada seseorang sangatlah
besar sehingga tak seorang pun yang dapat menghitungnya. Allah swt
menceritakan kenyataan ini dalam sebuah ayat sebagai berikut:
“Dan
jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat
menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” An-Nahl:18.
Orang-orang yang beriman kepada
Allah swt akan selalu menyadari kelemahan mereka di hadapan Allah swt
sehingga mereka selalu memanjatkan syukur dengan rendah diri atas setiap
nikmat yang diterima. Bukan hanya kekayaan dan harta benda yang
disyukuri, namun mereka memahami bahwa Allah wt adalah Pemilik segala
sesuatu, bersyukur atas kesehatan, keindahan, ilmu, hikmah, kepahaman,
wawasan, dan kekuatan yang dikaruniakan kepada mereka, dan mereka
mencintai keimanan dan membenci kekufuran. Mereka bersyukur karena telah
dibimbing dalam kebenaran dan dimasukkan dalam golongan orang-orang
beriman. Pemandangan yang indah, urusan yang mudah, keinginan yang
tercapai, berita-berita yang menggembirakan, perbuatan yang terpuji, dan
nikmat-nikmat lainnya, semua ini menjadikan orang-orang beriman
berpaling kepada Allah, bersyukur kepada-Nya yang telah menunjukkan
rahmat dan kasih sayang-Nya.
Dan perlu difahami juga bahwa syukur
selain sebagai kewajiban manusia terhadap segala pemberian dan anugrah
Allah swt sebagaimana yang telah disebutkan di atas, juga merupakan
kebutuhan setiap orang, sehingga dengan prilaku syukur tersebut akan
mendatangkan berbagai macam kebaikan dan kenikmatan lainnya, ditambah
lagi banyak pahala yang telah dipersiapkan Allah swt orang-orang ahli
syukur.
Ini merupakan rahasia lain yang dinyatakan dalam
al-Qur’an; Allah swt menambah nikmat-Nya kepada orang-orang yang
bersyukur. Misalnya, bahkan Allah swt memberikan kesehatan dan kekuatan
yang lebih banyak lagi kepada orang-orang yang bersyukur kepada-Nya atas
kesehatan dan kekuatan yang mereka miliki. Bahkan Allah swt
mengaruniakan ilmu dan kekayaan yang lebih banyak kepada orang-orang
yang mensyukuri ilmu dan kekayaan tersebut. Hal ini karena mereka adalah
orang-orang yang ikhlas yang merasa puas dengan apa yang diberikan
Allah swt dan mereka ridha dengan karunia tersebut, dan mereka
menjadikan Allah swt sebagai pelindung mereka. Allah swt menceritakan
rahasia ini dalam al-Qur’an sebagai berikut:
“Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’.”
Ibrahim:7.
Mensyukuri nikmat juga menunjukkan tanda kedekatan dan
kecintaan seseorang kepada Allah swt. Orang-orang yang bersyukur
memiliki kesadaran dan kemampuan untuk melihat keindahan dan kenikmatan
yang dikaruniakan Allah swt.
Orang-orang mukmin sejati tetap
bersyukur kepada Allah swt sekalipun mereka berada dalam keadaan yang
sangat sulit. Seseorang yang melihat dari luar mungkin mengira
berkurangnya nikmat pada diri orang-orang yang beriman. Padahal,
orang-orang beriman yang mampu melihat sisi-sisi kebaikan dalam setiap
peristiwa dan keadaan juga mampu melihat kebaikan dalam penderitaan
tersebut. Misalnya, Allah swt menyatakan bahwa Dia akan menguji manusia
dengan rasa takut, lapar, kehilangan harta dan jiwa. Dalam keadaan
seperti itu, orang-orang beriman tetap bergembira dan merasa bersyukur,
mereka berharap bahwa Allah swt akan memberi pahala kepada mereka berupa
surga sebagai pahala atas sikap mereka yang tetap istiqamah dalam
menghadapi ujian tersebut. Mereka mengetahui bahwa Allah swt tidak akan
membebani seseorang melainkan sesuai dengan kekuatannya.
Sikap
istiqamah dan tawakal yang mereka jalani dalam menghadapi penderitaan
tersebut akan membuahkan sifat sabar dan syukur dalam diri mereka.
Dengan demikian, ciri-ciri orang yang beriman adalah tetap menunjukkan
ketaatan dan bertawakal kepada-Nya, dan Allah swt berjanji akan menambah
nikmat kepada hamba-hamba-Nya yang mensyukuri nikmat-Nya, baik di dunia
ini maupun di akhirat kelak.
Jika menilik surat Ar-Rahman, Allah
swt membicarakan aneka nikmat-Nya dalam kehidupan dunia ini dan
kehidupan akhirat kelak. Hampir pada setiap dua nikmat yang disebutkan,
Al-Quran mengulangi satu pertanyaan dengan redaksi yang sama; maka
nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu ingkari?
Pertanyaan tersebut
terulang sebanyak tiga puluh satu kali. Sementara ulama menganalisis
jumlah itu dan mengelompokkannya untuk kemudian sampai pada suatu
kesimpulan.
Delapan pertanyaan berkaitan dengan nikmat-nikmat
Allah swt dalam kehidupan dunia ini, antara lain nikmat pengajaran
Al-Quran, pengajaran berekspresi, langit, bumi, matahari, lautan,
tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.
Tujuh pertanyaan kedua dalam
kaitan dengan ancaman siksa neraka di akhirat nanti. Perlu diingat bahwa
ancaman adalah bagian pemeliharaan dan pendidikan serta merupakan salah
satu nikmat Allah swt.
Delapan pertanyaan ketiga berkaitan dengan nikmat Allah swt yang diperoleh dalam surga yang pertama.
Delapan pertanyaan keempat dalam kaitan dengan nikmat-nikmat pada surga kedua.
Dari
hasil pengelompokkan demikian, para ulama menyusun semacam rumus yaitu
siapa yang mampu mensyukuri nikmat-nikmat Allah swt yang disebutkan
dalam rangkaian delapan pertanyaan pertama maka ia akan selamat dari
ketujuh pintu neraka yang disebut dalam ancaman dalam tujuh pertanyaan
berikutnya. Sekaligus dia dapat memilih pintu-pintu mana saja dari
kedelapan pintu surga, baik surga pertama maupun surga kedua, baik surga
kenikmatan duniawi maupun kenikmatan ukhrawi.
Bagitu agungnya
kata syukur, dan bagitu besarnya orang yang mampu menysukuri segala
nikmat Allah swt, walau dalam keadaan bagaimanapun dan kondisi apapun.
Allahu akbar walillahilhamdu. Allahu a’lam
0 komentar:
Posting Komentar