Menuntut ilmu hanya sekedar menjadi pengetahuan belaka adalah syahwat atau nafsu yang tersenbunyi pada diri kita. Selama kita tidak menuntutnya untuk pintar bicara, mengejar titel semata ( karena sudah jelas masalahnya ). Namun kita menuntutnya hanya sekedar menjadi pengetahuan belaka. Dan yang sepert ini merupakan kekeliruan.
Islam mengajarkan kita menuntut ilmu untuk diamalkan. Ilmu itu telah menghubungkan amal jika dijawab, dan jika tidak dijawab ilmu itu akan pergi. Kalau kita ditanya dengan pertanyaan " ilmu itu mewariskan apa? " maka kita bisa menjawab " ilmu itu mewariskan rasa takut, tangis, khusyu dan tunduk. sebagaimana firman Allah SWT " Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata " Maha suci Rabb kami, sesungguhnya janji Rabb kami pasti dipenuhi." Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu." ( Q.S Al Israa : 107-109 )
Sesungguhnya hakikat ilmu yaitu ilmu tentang Allah, syariat dan agamanya, tidak cukup hanya sekedar teori semata. Namun ilmu itu harus meresap sampai kedalam hati dan menggerakkan semangat. Sesungguhnya orang alim adalah orang yang takut kepada Allah dan akan tampak pengaruhnya pada akhlak dan amal perbuatannya.
Dan termasuk kekeliruan yang sangat berbahaya jika kita dapati seorang penuntut ilmu, duduk bersama ulama, mendengarkan uraiannya dengan seksama dan tekun akan tetapi akhlak kepada orang tuanya keras dan kasar dan tidak ada perannya di dalam rumah untuk melakukan perbaikan terhadap keluarganya. Orang seperti ini telah kehilangan akhlak bermu'amalah dalam berdalwah dan dalam beramar ma'ruf nahi munkar. Mudah-mudahan kita tidak termasuk yang demikian, amiin.
Marilah berlomba-lomba dalam menuntut ilmu dan mengamalkannya,
0 komentar:
Posting Komentar