Mensyukuri nikmat, Menaati Syariah (Tafsir QS:Ibrahim:7-8) - infoblogmu.com
Headlines News :
Home » » Mensyukuri nikmat, Menaati Syariah (Tafsir QS:Ibrahim:7-8)

Mensyukuri nikmat, Menaati Syariah (Tafsir QS:Ibrahim:7-8)

Written By radjie ahmad on Jumat, 02 Desember 2011 | 16.50




al-quran-yang-mulia.jpg (509×339)Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

  ٧. وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ 
٨. وَقَالَ مُوسَى إِن تَكْفُرُواْ أَنتُمْ وَمَن فِي الأَرْضِ جَمِيعاً فَإِنَّ اللّهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ 
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan. "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".  Dan Musa berkata: "Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (ni'mat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (QS: Ibrahim:7-8)

Tidak ada yang bisa membantah besarnya kenikmatan yang dikaruniakan Allah SWT kepada manusia. Demikian besarnya hingga manusia mustahil bisa menghitungnya (lihat QS An Nahl (16):1). 
Sesudah selayaknya manusia bersyukur kepada Allah. Yang maha pemberi kenikmatan.bukan malah sebaliknya mengingkari brbagai kenikmatan tersebut.
                Amat banyak ayat dan hadist yang memerintahkan manusia untuk bersyukur. Pahala besar akan di janjikan akan di berikan pelakunya.sebaiknya melarang manusia bersikap ingkar sekaligus memberikan ancaman azab bagi pelakunya. Ayat ini adalah antaranya

Tambahan          

Allah SWT berfirman :Wa idz ta’adzdzna Robbukum (dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkanmu). Ada keterkaiatan ayat ini dengan ayat sebelumnya. Dalam ayat sebelumnya diberitakan tentang perkataan Nabi Musa as terhadap kaumnya yang mengingatkan mereka terhadap kaumnya yang mengingatkan mereka tentang besarnya nikmat Allah atas mereka. Dalam ayat disebutkan:Dan (ingatlah), ketika Musa berkata pada kaumnya:”Ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia menyelamatkanmu dari (Fir’aun dan) pengikut-pengikutnya, mereka menyiksa kamu dengan siska yang pedih,mereka menyembelih anak laki-lakimu, membiarkan hidup anak perempuanmu;dan pada yang demikian itu ada cobaan yang besar dari Tuhanmu” (QS Ibrahim (14): 6). Kemudian dilanjutkan ayat ini yang memberikan dorongan agar bersyukur atas nikmat-Nya sekaligus menyebutkan ancaman bagi orang-orang yang  mengingkrinya.

                Kata idz merupakan zharf li al-zaman al-mahdi (kata keterangan waktu lampau) yang berposisi sebagai maf’ul bih (obyek kalimat) dengan fil’mahzhuf(kata kerja yang dihilangkan adalah udzkur(ingatlah)
                Sedangkan huruf wawu al-athf di awal ayat ini berguna menyambung dengan ayat sebelumnya. Oleh karena itu,sebagaimana dijelaskan al-alusi ayat ini termasuk dalam perkataan Musa as yang diberitakan Allah SWT. Kalimat dalam ayat ini ma’thuf (disambungkan) dengan kata nikmatal-lah (kenikmatan Allah). Sehingga maknanya :ingatlah nikmat Allah dan ingatlah ketika mengumumkanya
                Kata ta’adzdzna merupakan bentuk tafa”ala dari kata adzana . dalam bahasa Arab, bentuk tafa’ala terkadang digunakan untuk menyebut af ’ala; sebagamana kata aw’adtuhun dan taw”adtuhu yang memiliki kesamaan makna ( aku memberi peringatan kepadanya).kata adzana berarti a’lama (memberitahukan). Sehingga,sebagai mana disebutkan Al jazairi dalam tafsiranya, frase ini bermakana a’alama  Rabbukum (tuhanmu memberitahukan kepadamu).
                Perkara yang di umumkan oleh Allah SWT adalah:la in syakartum la azidannakum (sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambahkan (nikmat)kepadamu). Enurut al Asfahani, kata al syukr berarti tashawwur al-ni’mah wa izhariha (menggambarkan kenikmatan dalam benak dan menampakkannya). Fakhrudin Ar Razi dalam tafsirnya mengatakan bahwa kata tersebut untuk pengakuan terhadap kenikmatan baik memberi nikmat yang bisa di ketahui dengan penghormatan terhadap-Nya dan menempatkan jiwa dalam jiwa tersebut.
                Di jelaskan Ismail Haqqi dalam Ruh Al-Bayan ketika menafsiran QS Al- Kaustsar bahwa syukur di wujudkan dengan hati lisan dan perbuatan. Syukur dengan hati adalah mengetahui bahwa berbagai kenikmatan tersebut berasal dari-Nya bukan dari yang lain. Syukur dengan lisan adalah dengan memuji dan memnyanjung memberi nikmat. Sedangkan bersyukur dengan pebuatan adalah dengan menggunakan kenikmatan tersebut dengan bersikap loyal dan rendah hati terhadap-Nya. Ini sejalan dengan penjelasan Abdur Rahman Al Sa’di dalam tafsirannnya, Taysir Al Karim Al Rahman, Bahwa al syukr adalah pengakuan hati terhadap nikmat-nikmat Allah, Memuji-Nya atas kenikmatan tersebut, dan menggunakannya dalam keridhaan Allah SWT. Al Zamaksyari mengatakan dalam Al Kasysyaf, bentuk syukur tersebut di wujudkan dalam bentuk keimanan yang bersih dan amal shalih. Sahal Bin Abdullah, sebagai mana di kutip Al Qurthubi dalam tafsirnya, upaya sungguh-sungguh dalam ketaatan di sertai dengan meninggalkan kemaksiatan,  baik dalam keadaan sepi maupun ramai. Semua penjelasan tersebut menunjukkan bahwa syukur meniscayakan terhadap syari’ah.
 Ketika itu dilakukan, maka akan di janjikan : Ia azidannakum (sungguh aku tambah kepadamu). Artinya, ditambah ddengan kenikmatan. Fakhruddin Al Razi dalam mafatih Al Ghayb mengatakan, “ketahuilah, maksud ayat ini adalah penjelasan bahwa barang siapa menyibukkan dengan besyukur kepada nikmat-nikmat Allah, maka Allah akan menambahkannya dengan berbagai kenikmatan dari-Nya. “Bahwa yang akan di tambahkan kepada orang yang bersyukur adalah kenkmatan, juga merupakan kesimpulan para mufassir lainnya, seperti Al Thabari, Al Nasafi, Al Bhaiadawi, Al Saukani, Al Sa’d dan lain-lain. Bertolak dari ayat ini, al-Qurthbi menyimpulkan bahwa syukur merupkan sebab bagi penambahan sika
 Ayat ini juga menunjukkan secara pasti bahwa balasan kebaikan akan kembali kepada pelakunya ini seperti di tegaskan Allah SWT dalam firman-Nya : dan barang siapa yang bersyukur untuk dirinya sendiri : dan barang siapa yang tidak bersyukur (TQS Luqman (31):12)

Azab bagi yang mengingkari

Setelah dijelaskan balasan bagi orang yang bersyukur,  kemudian di jelaskan bagi orang berlaku sebaliknya. Allah SWT berfirman : wala in ka fartum(dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku)). Kata al Kufr bisa bermakna dhid al iman(kebaikan dari iman). Bisa juga berarti zehud al ni’mah (mengingkari kenikmatan). Demikian pula penjelasan Abu Bakar ar Razi dalam mukhtar Al Shihhah. Dalam konteks ayat ini, tentu yang dimaksudkan adalah makna yang kedua, yakni kufr al-ni’mah (mengingkari kenikmatan).
 
Terhadap orang-orang yang mengingkari nikmat tersebut di ancam dengan azab-Nya. Allah STW berfirman: inna adzabi lasysdid (maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih). Dijelaskan Al Wahidi Al Naisaburi dalam tafsirnya Al Wajiz Fi tafsir Al-Kitab Al-Aziz, ini merupakan ancaman berupa azab terhadap pengingkar nikmat. Menurut Al Nasafi, azab tersebut di dunia berupa di cabutnya nikmat, sedangkan di akhirat berupa siksa yang terus menerus.
 
Termasuk dari nikmat dunia yang adalah rezeki. Kenikmatan rezeki tersebut bisa dicabut karena dosa-dosa yang dikerjakan hamba. Nabi SAW bersabda:”Seseungguhnya seorang hamba dihalangi rezekinya di sebabkan dosa yang menimpanya.” HR. Ahmad dari Tsauban). Adanya ancaman yang keras itu menunjukkan bahwan perintah bersyukur tersebut berhukum wajib. Perintah bersyukur disebut kan dalam banyak dalil, seperti QS Al-Baqarah (2): 152 ,172, An-Nahl(16):114, Al Ankabut(29): 17 dan lain-lain. Selain mendapatkan pahala dan nikmat, pelakunya juga terpelhara dari siksa-Nya.Allah SWT berfirman: Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman?  (QS An Nisa’m(4): 147).
 
Kemudian dalam ayat selanjutnya Allah SWT berfirman: waqala musa in takfuru antum wa man fi al-ardhjami’an(an) (dan musa berkata: “jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah). Artinya, kamu  ingkar kepada nikmat-nikmat Allah dan tidak mengimani-Nya. Demikian  As Samar qandi dalam tafsirnya. Atau seperti penjelasan Al Saukani, “Apabila kamu dan seluruh makhluk mengingkari nikmat-nikmat Allah”.
 
Kalaupun itu terjadi, maka: fa inna-lah la ghaniyyun hamid (maka sesungguhnya Allah maha Kaya agi maha Terpuji). Kata Ghaniyy berarti Allah tidak membutuhkan syukurmu dan tidak membuatnya berkurang sedikitpun. Sedangkan hamid, artinya Allah layak terhadap pujian karena kebesaran kenikmatan-Nya meskipun mereka tidak bersyukur. Atau, Dia dipuji oleh selain kalian, yakni para malaikat. Demikan penjelasan Al Syaukani dalam tafsirnya,
 
Dengan demikian, pengingkaran yang dilakukan manusia sama sekali tidak memberikan pengaruh bagi Allah SWT. Sebaliknya, justru mendatangkan bahaya bagi pelakunya sebagaimana di tegaskan dalam ayat sebelumnya. Bertolak dari ayat-ayat ini, tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak bersyukur kepada-Nya, baik dengan hati, lisan maupun tindakan. Sebagaimana telah di terangkan di muka, bersyukur dengan tindakan adalah menaati syariah dan menerapkannya dalam kehidupan kaffah. Terhadap pelakunya, akan di berikan tambahan kenikmatan yang lebih besar. Namun sebaliknya, jika mengingkari nikmat-Nya, membangkang atas perintah-Nya, maka bersiaplah menerima azab yang sangat dahsyat. Wal-lah a’lam bi al-shaab.
 
Semoga kita semua termasuk orang yang pandai dalam mensyukuri nilmat yang telah diberikan Allah SWT,,Amiin,,,
Share this article :

0 komentar:

Review Games

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. infoblogmu.com - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template