Muslim Sejati
GM, Halaqoh Online, nafsiyah 8:38 AM
Sebuah
tulisan terpampang jelas di atas selembar kertas karton yang dibawa
oleh seorang wanita di antara kerumunan wanita pendemo hari itu, “Bukan
rok kami yang mini, tapi otak Anda yang mini.” Tulisan lain, yang dibawa
seorang wanita lainnya berbunyi, “Rok mini tidak porno, yang porno otak
Anda.”
Ada
beberapa tulisan lain bernada serupa dibawa oleh para wanita pendemo
lainnya yang hari itu rata-rata memakai rok mini dan berpakaian seksi.
Semuanya merupakan bentuk protes keras yang dialamatkan kepada seorang
pejabat di Jakarta. Pasalnya, sang pejabat sebelumnya menyindir para
wanita yang gemar berpakaian seksi di tempat-tempat umum, termasuk di
kendaraan-kendaraan umum. Inti pesan dari sindiran pejabat tersebut
adalah, bahwa rok mini berpotensi menjadi salah satu faktor yang
mengundang terjadinya pelecehan seksual (baca: perkosaan) yang terjadi
terhadap sejumlah wanita yang akhir-akhir ini marak.
*****
Pembaca
yang budiman, sebagai seorang Muslim, apa yang ada di benak Anda
terkait dengan tingkah-polah para wanita berpakaian seksi yang
’pemberani’ itu? Jawabannya tentu bergantung pada persepsi dan standar
yang Anda pakai untuk menilai.
Terkait
dengan hal itu, menarik untuk merenungkan kembali pernyataan Khalil bin
Ahmad al-Bishri yang dikutip oleh Imam al-Ghazali dalam salah satu masterpiece-nya, Ihya ’Ulum ad-Din (I/46), juga dalam At-Tibr al-Masbuk fi Nashihah al-Muluk (I/44) (Lihat juga: Ar-Razi, Mafatih al-Ghayb, I/463; as-Samarqandi, Bahr al-’Ulum, I/395). Disebutkan oleh Khalil bin Ahmad al-Bishri, bahwa ada empat jenis manusia di dunia ini. Pertama: Rajul[un] la yadri wala yadri annahu la yadri (Seseorang
yang tidak tahu dan dia tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu). Orang
jenis ini adalah orang yang bodoh dalam agama, tetapi ia tidak menyadari
kebodohannya. Akibatnya, ia sering bersikap sok pintar. Karena sok
pintar (padahal bodoh), ia sering menolak kebenaran, meski itu
jelas-jelas ditegaskan dalam al-Quran maupun as-Sunnah. Misal,
tegas-tegas dinyatakan dalam al-Quran perintah kepada kaum wanita untuk
menutup auratnya rapat-rapat: memakai kerudung (QS an-Nur [24]: 31) dan
berjilbab saat keluar rumah (QS al-Ahzab [33]: 59). Namun, masih banyak
wanita Muslimah, saat diberitahu ihwal kewajiban ini, yang menolaknya,
bahkan dengan penolakan yang amat keras. Para wanita seksi pendemo di
atas tentu saja bisa dikategorikan ke dalam kelompok manusia jenis
pertama ini. Sebutan ’otak mini’ tentu lebih pantas ditujukan kepada
diri mereka sendiri. Contoh lain adalah para penolak syariah dan
Khilafah; para pemuja demokrasi; para pengamal sekularisme, liberalisme,
pluralisme, feminisme, dan ide-ide sesat lainnya.
Kedua: Rajul[un] la yadri wa yadri annahu la yadri (Seseorang
yang tidak tahu dan dia tahu bahwa dirinya tidak tahu). Orang jenis ini
adalah orang yang awam dalam hal agama, tetapi amat menyadari
keawamannya. Karena itu, ia selalu berusaha menambah pengetahuan dan
wawasannya. Ia rajin mendatangi majelis-majelis ilmu, membaca banyak
buku, banyak bertanya kepada orang yang lebih tahu, dan yang pasti ia
tidak akan pernah alergi terhadap siapapun yang menyampaikan kebenaran
kepada dirinya. Orang jenis ini termasuk ke dalam golongan para pencari
ilmu, yang haus akan kebenaran dari siapapun datangnya. Ia tidak akan
pernah menolak kebenaran meski itu berasal dari luar mazhabnya,
organisasinya, atau harakah-nya; tentu selama kebenaran itu bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah.
Ketiga: Rajul[un] yadri wala yadri annahu yadri (Seseorang
yang tahu tetapi dia tidak tahu bahwa dirinya tahu). Orang jenis ini
adalah orang yang berpengetahuan atau yang banyak ilmu agamanya. Mereka
mungkin para ustad, para mubalig, ulama, kiai, dsb. Namun, pengetahuan
dan keilmuannya tidak tercermin dalam perilaku dan tindakannya. Banyak
dari mereka yang tahu bahwa menerapkan syariah Islam secara total dalam
kehidupan itu wajib, tetapi mereka enggan mengusahakannya (kecuali pada
level pribadi). Banyak yang paham bahwa menegakkan Khilafah itu wajib,
tetapi mereka malas untuk memperjuangkannya. Banyak yang sadar dan
sepakat bahwa sistem kehidupan yang berjalan selama ini rusak, tetapi
mereka tak tergerak untuk mengubahnya ke arah Islam.
Sebetulnya
orang jenis ini tidak melulu orang yang faqih dalam agama; bisa juga ia
termasuk orang yang biasa-biasa saja pengetahuan agamanya. Misal,
setiap Muslim/Muslimah tentu paham bahwa shalat lima waktu, shaum
Ramadhan, menuntut ilmu, menutup aurat (memakai kerudung dan berjilbab
bagi wanita), berdakwah, melakukan amar makruf nahi mungkar; semua itu
wajib. Namun faktanya, banyak Muslim/Muslimah yang shalatnya
bolong-bolong bahkan jarang sekali shalat; banyak yang tidak shaum
Ramadhan kecuali beberapa hari saja; banyak yang malas menuntut ilmu;
banyak yang enggan memakai kerudung dan berjilbab; banyak yang tidak mau
berdakwah dan melakukan amar makruf nahi mungkar.
Orang jenis ini juga boleh jadi ada di lingkungan para pengemban dakwah. Tak sedikit, misalnya, para syabab yang
menyadari bahwa belajar bahasa Arab itu wajib (menurut sebagian ulama),
tetapi ia malas melakukannya. Padahal mereka telah mengetahui bahwa
penguasaan bahasa Arab penting untuk menjadi seorang yang faqih fi ad-din sebagai
bekal dirinya dalam berdakwah. Apalagi mereka pun sudah tahu bahwa
salah satu faktor pemicu kemunduran kaum Muslim adalah karena mereka
terjauhkan dari penguasaan bahasa Arab.
Bagaimana
dengan dakwah mereka? Tentu, merekalah yang paling tahu tentang hakikat
kewajiban berdakwah di tengah-tengah umat, apalagi berdakwah dalam
rangka menegakkan syariah dan Khilafah. Namun, fakta di lapangan sering
tak selalu mencerminkan baiknya pemahaman; tak sedikit yang menjadikan
dakwah sebagai urusan kedua, ketiga, keempat bahkan keempat belas.
Keempat: Rajul[un] yadri wa yadri annahu yadri (Seseorang
yang tahu dan dia tahu bahwa dirinya tahu). Inilah jenis manusia
terbaik. Yang termasuk kelompok ini adalah para ulama yang benar-benar
mengamalkan ilmu mereka, para aktivis dakwah yang benar-benar menjadikan
dakwah sebagai poros hidupnya, dan siapapun yang perilaku dan
tindakannya sesuai dengan pemahaman dan ucapannya. Mereka inilah Muslim
sejati yang pantas dan layak diteladani. Semoga kita termasuk di
dalamnya.amiinnn
Wama tawfiqi illa bilLah. [Arief B. Iskandar]
0 komentar:
Posting Komentar