GM,
Halaqoh Online,
Tafsir
3:00 PM
Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.
Maka
syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan
kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan
berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini,
melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi
orang yang kekal (dalam surga)". Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua" (TQS al-A’raf [7]: 20-21).
Iblis
dan syetan adalah musuh bagi manusia. Yang diinginkan terjadi pada diri
manusia adalah kesengsaraan dan penderitaan. Oleh karena itu, Iblis pun
melakukan berbagai cara untuk memalingkan manusia dari ketaatan kepada
Allah SWT. Sebab, Iblis tahu benar sikap durhaka terhadap perintah Allah
akan mengantarkan manusia kepada kesengsaraan dan penderitaan.
Ayat
ini menggambarkan kepada kita betapa liciknya Iblis dalam menjerumuskan
Adam dan istrinya, hingga keduanya pun terbujuk oleh oleh rayuannya.
Ditipu Syetan
Allah SWT berfirman: Fawaswasa lahumâ al-syaythân (maka
syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya). Ayat ini merupakan
penggalan dari kisah Nabi Adam beserta istrinya. Setelah berbuat durhaka
kepada Allah SWT, Iblis diusir dari surga. Sementara Adam dan istrinya,
diperintahkan untuk tetap tinggal di surga. Keduanya dipersilakan untuk
memakan buah-buahan mana saja yang disukai kecuali sebuah pohon.
Keduanya dilarang mendekati pohon tersebut (QS al-A’raf [7]: 19).
Ayat
ini kemudian memberitakan tentang tindakan Iblis yang membujuk Adam dan
Hawa untuk melanggar larangan Allah SWT. Dijelaskan al-Syaukani dalam Fath al-Qadîr, kata al-waswash berarti al-shawt al-khafiyy(suara tersembunyi, samar). Al-Biqai memaknai fawaswasa sebagai
perbuatan yang menyampaikan secara tersembunyi, dibuat terlihat indah,
dilakukan berulang-ulang, dan dimunculkan rasa senang terhadapnya.
Tindakan inilah yang dilakukan syetan terhadap Adam dan istrinya.
Tujuan dari bujuk rayu syetan itu adalah: liyubdiya lahumâ mâ wûriya ‘anhumâ min saw-âtihimâ (untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya). Kata yubdiya berarti yudhhira(memperlihatkan). Pengertian mâ wûriya adalah mâ ghathâ wa satara (apa yang terbungkus dan tertutup) dari yang keduanya. Sedangkan yang dimaksud dengan saw-âtihimâ adalah al-farj (kemaluan). Disebut demikian karena terlihatnya farji membuat pelakunya menjadi buruk. Menurut al-Samarqandi, saw-âtihimâ di sini merupakan kinâyah untuk menunjuk aurat. Terbukanya aurat keduanya. Inilah yang dikehendaki syetan terjadi pada Adam dan istrinya.
Niatan
busuk tersebut tentu tidak disampaikan kepada Adam dan istrinya. Jika
itu disampaikan, niscaya akan ditolak. Oleh karena itu, huruf al-lâm dalam ayat ini bermakna li al-‘âqibah. Demikian penjelasan al-Syaukani, dan lain-lain. Artinya, yang disampaikan untuk menjadi akibat ketika bujuk rayu syetan diikuti.
Menampilkan Diri sebagai Penasihat
Dalam ayat selanjutnya disebutkan: wa qâla mâ nahâkumâ Rabbukumâ ‘an hâdzihi al-syajarah (dan
syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon
ini). Pohon yang dimaksud memang tidak boleh didekati oleh Adam dan
istrinya. Larangan tersebut adalah larangan yang haqq. Sebab, sebagaimana ditegaskan dalam ayat 19, jika larangan tersebut dilanggar, keduanya menjadi orang zalim.
Ketika
larangan tersebut dipahami sebagai larangan yang benar, maka akan
melahirkan sikap taat. Yakni menjauhi pohon tersebut. Inilah sikap Adam
dan istrinya ketika mendapat peringatan itu.
Untuk mengubah sikap Adam dan istrinya itu, maka Iblis melakukan tasykîk wa tadhlîl (memunculkan keraguan dan penyesatan) terhadap larangan Allah SWT itu. Caranya, dia memberikan ma’lûmât (informasi)
yang bertolak belakang dengan pemahaman yang benar. Jika sebelumnya
perbuatan mendekati pohon tersebut diyakini sebagai kezaliman, maka
Iblis memberikan informasi sebaliknya. Jika mau mendekatinya, justru
kebaikanlah yang akan didapat oleh Adam dan istrinya.
Inilah yang dilakukan Iblis dengan menyatakan: illâ an takûnâ malakayni aw takûnâ min al-khâlidîn (melainkan
supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang
kekal [dalam surga]). Inilah penyesatan yang dilakukan Iblis, bahwa
kebaikan akan diperoleh oleh Adam dan istrinya apabila mau memakan buah
tersebut. Yakni, mereka berdua bisa menjadi malaikat atau hidup kekal.
Untuk lebih meyakinkan Adam, Iblis pun menyebut buah tersebut sebagai syajarah al-khuldi, pohon keabadian (TQS Thaha [20]: 120).
Tak cukup dengan itu, Iblis pun bersumpah untuk meyakinkan Adam bahwa dia adalah penasihat yang baik.Allah SWT berfirman: wa qâsamahumâ innî lakumâ min al-nâshihîn (dan
dia [syaitan] bersumpah kepada keduanya, "Sesungguhnya saya adalah
termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua"). Dijelaskan
Ibnu Jarir al-Thabari, kata qâsamahumâ berarti khallafa lahumâ (bersumpah
kepada keduanya). Kalimat sumpah diucapkan untuk menghilangkan keraguan
Adam dan Hawa, bahwa dia (Iblis) benar-benar termasuk min al-nâshihîn (pemberi nasihat). Menurut al-Raghib al-Asfahani, kata al-nushh berarti memilih perbuatan atau ucapan yang di dalamnya terdapat kebaikan bagi sahabatnya.
Dengan
demikian, syetan menampilkan diri seolah-seolah sebagai sahabat yang
memberikan pilihan terbaik buat ’sahabatnya’. Akhirnya Adam dan istrinya
pun luluh terhadap bujuk rayu syetan. Allah SWT berfirman: Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya (TQS al-A’raf [7]: 21).
Ketika
telanjur mengikuti ‘nasihat’ syetan, maka terjadilah apa yang
diinginkan syetan sesungguhnya, yakni keburukan yang menimpa Adam dan
Hawa. Aurat keduanya pun terbuka. Ketika itu terjadi, terbukalah kedok
syetan yang sesungguhnya. Dia bukan sahabat, namun musuh yang sangat
berbahaya. Allah SWT pun mengingatkan kembali kepada keduanya tentang
Iblis yang sesungguhnya. Allah SWT berfirman: "Bukankah
Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan
kepadamu, "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu
berdua?" (TQS al-A’raf [7]: 21).
Inilah
peristiwa yang dialami oleh bapak seluruh manusia. Peristiwa ini harus
dijadikan pelajaran penting bagi semua anak cucunya. Sebab, peristiwa
semacam ini akan terus berulang. Sebagaimana tekadnya, syetan akan
menghalang-halangi manusia dari jalan Allah SWT yang lurus. Dan itu
dilakukan dari segala arah (lihat QS al-A’raf [7]: 16-17). Manusia harus
menyadari bahwa Iblis dan syetan adalah musuh yang nyata, dan karena
itu harus diperlakukan sebagai musuh. Jika tidak ingin menyesal, jangan
sekali-sekali mengikuti ajakannya.
Bagi
manusia, tidak sulit untuk mengenali ajakan syetan. Setiap ajakan dan
agar manusia melanggar syariah dan berpaling darinya adalah ajakan
syetan. Allah SWT berfirman: Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui (TQS al-Baqarah [2]: 169). Juga dalam firman-Nya: Dan
sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari
jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk (TQS al-Zukhruf [43]: 37).
Ajakan
dan propaganda itu terkadang dikemas dengan balutan argumentasi yang
tampak masuk akal dan seolah mendatangkan maslahat bagi manusia. Namun
sesungguhnya itu adalah jebakan yang menjerumuskan manusia ke jurang
penderitaan dunia dan akhirat. Demokrasi, sekulerisme, kapitalisme,
liberalisme, pluralisme, ide HAM, sosialisme, dan semacamnya dapat
dimasukkan di sini. Sebab, inti dari semua paham itu adalah melepaskan
keterikatan manusia dari syariah. Demikian pula isu terorisme,
deradikalisasi, dan semacamnya. Sebab, tujuan dari semua isu tersebut
adalah untuk menciptakan ketakutan dan phobia terhadap syariah. Termasuk
juga berbagai ide yang meragukan kewajiban syariah dan kehandalannya
dalam kehidupan. Semuanya adalah propaganda syetan. Maka waspadalah agar
tidak tersesatkan oleh semua propaganda palsu itu! Wal-Lâh a’lam bi al-shawâb.
Ikhtisar:
1. Iblis dan syetan adalah musuh bagi manusia dan harus diperlakukan sebagai musuh
2. Jangan sekali-kali mengikuti ajakan syetan. Sebab, semua ajakan syetan bertujuan untuk menjerumuskan manusia.
3. Syetan mengajak manusia melanggar dan meninggalkan syariah
1. Iblis dan syetan adalah musuh bagi manusia dan harus diperlakukan sebagai musuh
2. Jangan sekali-kali mengikuti ajakan syetan. Sebab, semua ajakan syetan bertujuan untuk menjerumuskan manusia.
3. Syetan mengajak manusia melanggar dan meninggalkan syariah
0 komentar:
Posting Komentar