Sumber: REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh: Ustaz Toto Tasmara
Ketika semua jalan terasa buntu. Pandangan ke masa depan terasa
suram, di mendung awan gelap tanpa harapan. Hidup didera berbagai
persoalan yang mengharu biru, maka seorang hamba yang merindu cinta
Ilahi, bersegera mengadukan seluruh persoalannya kepada Dia yang Maha
Penolong. Dengan sebongkah hati penuh iman dan optimisme, ia berhusnuzan
(berprasangka baik) kepada Allah, bahwa hanya dengan rida dan
iradah-Nya, segala awan gelap kehidupan mampu disingkirkan. Tidak ada
yang mustahil bagi Allah, karena bagi-Nya cukuplah berucap, ”Kun faya kun, maka jadilah.”
Dalam melafalkan doanya, ia pun memintal sejuta sesal seraya bertobat
membersihkan diri dari dosa. Karena, ia sadar bahwa dosa adalah kabut
penghalang untuk memandang wajah Ilahi. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak
ada yang dapat menolak ketentuan takdir (qadha) kecuali doa. Dan,
tidaklah ada yang menambah umur kecuali berbuat kebajikan. Dan,
seseorang diharamkan rezekinya, karena perbuatan dosanya.” (HR Tirmidzi
dan Ibnu Hibban).
Ketika ia berdoa tumbuh keyakinan bahwa cepat atau lambat
permohonannya akan dikabulkan Allah. Dia tidak akan menyalahkan siapa
pun bila doanya belum terkabul, bahkan sebaliknya, ia akan terus
melakukan introspeksi dan melakukan islah (perbaikan diri), melakukan
penyucian jiwa (tazkiyatun nafs) dan memperbanyak berbuat kebajikan (fastabiqul khairat).
Karena, ia sadar setiap doa ada syarat-syaratnya. Tidaklah seseorang
disebut sebagai orang baik, kecuali ia memang selalu berbuat baik.
Tidaklah seseorang disebut beriman, kecuali ia penuhi kriteria untuk
diakui sebagai seorang yang beriman. Demikian juga dengan doa. Tidaklah
doa dikabulkan kecuali ia dipenuhi kehendak Ilahi dengan rasa penuh
cinta.
Rasulullah SAW telah memberikan tuntunan bahwa salah satu syarat
berdoa adalah sikap optimistis dan yakin bahwa apa yang ia harapkan akan
dikabulkan. Rasulullah bersabda, “Jika kamu berdoa kepada Allah Azza wa
Jalla, wahai manusia mohonlah kehadirat-Nya dengan penuh keyakinan
bahwa doamu akan dikabulkan, karena Allah tidak akan mengabulkan doa
dari hati yang lalai.” (HR Ahmad).
Doa sesungguhnya akan melahirkan kekuatan batin yang luar biasa.
Karena, sikap percaya diri dan optimisme merupakan pedang paling tajam
dalam menebas segala ilalang semak belukar yang mengotori perjalanan.
Orang yang berdoa itu bersikap optimistis penuh prasangka baik
(husnuzhan) kepada Allah SWT. Orang optimistis mampu melihat kesempatan
di antara begitu banyak kesempitan. Sedangkan orang pesimistis melihat
begitu banyak kesempitan di antara semua kesempatan.
Optimisme adalah sebuah keyakinan yang akan membawa pada pencapaian
hasil. Tidak ada yang bisa diperbuat tanpa harapan dan percaya diri.
Salah satu sifat seorang mukmin adalah sikapnya yang optimistis, tidak
ada rasa duka cita atau merasa cemas dalam memandang masa depan. “Dan,
janganlah kamu merasa lemah dan jangan bersedih hati, karena kamulah
orang-orang yang paling unggul, jika kamu beriman.” (QS Ali Imran [3]:
139). Wallahu a’lam bish shawab.
0 komentar:
Posting Komentar